Penjualan Mobil di Indonesia Turun Drastis, Tapi Masih Nomor 1 di ASEAN
Beritadata - Penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Dari Januari hingga Mei 2024, wholesales atau penjualan dari pabrik ke dealer tercatat sebanyak 334.969 unit, turun 21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 423.771 unit. Meski demikian, penjualan mobil di Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
“Untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia masih nomor satu, masih yang memimpin,” kata Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto kepada CNBC Indonesia pada Rabu (3/7).
Menariknya, Thailand tidak lagi menempati posisi kedua dalam produksi mobil, kini posisinya telah diambil alih oleh Malaysia. Selama bertahun-tahun, Thailand dianggap sebagai raja otomotif di ASEAN.
"Nomor 2 sekarang sudah disusul oleh Malaysia, bukan Thailand, karena ekonomi Thailand sepertinya kurang baik. Jadi Malaysia di urutan kedua," tambahnya.
Penjualan mobil di Indonesia saat ini memang tidak begitu baik. Sebagai perbandingan, penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit. Jongkie menjelaskan bahwa kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh faktor dalam negeri.
"Pada 2013, pertumbuhan ekonomi hampir 6%, semuanya stabil, pembangunan ekonomi global juga bagus. Sekarang ekonomi global jelek, ekspor kita agak tersendat karena negara tujuan ekonomi di sana kurang bagus, itu berpengaruh. Jadi kita harus memperhatikan kondisi global," kata Jongkie.
Alasan Penurunan Penjualan Mobil
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil secara nasional masih terhenti di angka 1 juta unit per tahun. Bahkan, tahun ini angka penjualannya diprediksi tidak akan mencapai satu juta unit.
Padahal, industri otomotif Indonesia saat ini dipenuhi dengan berbagai merek dari berbagai negara. Banyak model dengan teknologi canggih dan harga terjangkau ditawarkan. Namun, kehadiran merek baru ini belum mampu meningkatkan angka penjualan mobil di Tanah Air.
CEO Citroen Indonesia, Tan Kim Piauw, mengatakan bahwa penjualan mobil yang stagnan di angka satu juta unit disebabkan oleh beberapa faktor.
“Saya lihat beberapa tahun terakhir ini penjualan mobil stuck di angka 1,2 juta unit, kemudian turun lagi menjadi 1 juta unit setelah pandemi Covid-19. Faktornya ada beberapa sebagai penyebab,” ungkap Tan kepada wartawan Kompas.
Dalam kuartal pertama 2024, menurut Tan turunnya tingkat penjualan mobil di dalam negeri disebabkan oleh adanya kondisi politik saat Pemilu, sehingga konsumen lebih memilih untuk menahan pembelian kendaraan roda empat. Di saat-saat tersebut, konsumen memprioritaskan pembelian kebutuhan utama mereka.
“Lalu, ada pesta politik. Biasanya, otomotif terkena dampaknya, pelanggan cenderung menunda pembelian. Mereka (konsumen) membeli berdasarkan prioritas, dan itu cukup mempengaruhi," ujarnya.
Selain itu, kondisi ekonomi global juga memberikan dampak besar. Menurut Tan, negara-negara saling terkait satu sama lain. Jika mata uang suatu negara melemah, maka harga mobil akan mengalami kenaikan.
"Suka atau tidak suka, zaman sekarang ini negara-negara saling terkait. Misalnya, jika dolar naik di negara yang bermasalah, maka itu akan mempengaruhi kurs mata uang. Kondisi global juga berdampak pada vendor. Sumbernya sekarang sudah banyak, tidak hanya dari satu kota atau negara tertentu. Oleh karena itu, ekonomi dunia sekarang memberikan dampak besar terhadap pembelian mobil,” imbuhnya.
Namun demikian, Tan optimis pasar otomotif di Indonesia akan bertumbuh seiring berjalannya waktu. Terlebih, penduduk dengan usia produktif di Indonesia sangat besar yang akan meningkatkan permintaan kendaraan.
“Saya masih yakin dengan demografi di Indonesia yang usia produktifnya masih besar. Jadi hanya masalah waktu saja sebenarnya. Jadi, pada saatnya nanti ini akan mengalami pertumbuhan terus menerus seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Apa Reaksi Kamu?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow